Tempe, makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari kedelai fermentasi, telah menjadi salah satu makanan yang dianggap sebagai pangan generasi emas Indonesia. Hal ini terungkap dalam acara Temu Pelopor Pangan Lokal di Gedung Serbaguna Pemkot Malang pada Kamis (29/10) yang dihadiri oleh para pelaku usaha pangan lokal, petani, dan komunitas pangan lokal.
Dalam acara tersebut, tempe dianggap sebagai salah satu sumber pangan yang kaya gizi dan memiliki potensi besar untuk menjadi pangan generasi emas Indonesia. Tempe mengandung protein tinggi, serat, dan nutrisi lainnya yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan generasi muda Indonesia.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Malang, Budi Prasetyo, mengatakan bahwa tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang memiliki nilai gizi yang tinggi. “Tempe merupakan sumber protein nabati yang baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat, terutama oleh generasi muda. Oleh karena itu, kami mendukung tempe sebagai pangan generasi emas Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, tempe juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai produk ekspor yang dapat memperkuat perekonomian Indonesia. Dengan meningkatnya minat konsumen terhadap makanan sehat dan organik, tempe dapat menjadi salah satu produk unggulan Indonesia di pasar global.
Untuk itu, para pelaku usaha pangan lokal, petani, dan komunitas pangan lokal diminta untuk terus mengembangkan dan mempromosikan tempe sebagai pangan generasi emas Indonesia. Dukungan dari berbagai pihak diperlukan untuk meningkatkan produksi tempe, meningkatkan kualitas tempe, dan memperluas pasar tempe baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dengan demikian, tempe tidak hanya akan menjadi pangan generasi emas Indonesia, tetapi juga akan menjadi salah satu produk unggulan Indonesia yang dapat bersaing di pasar global. Semoga dengan terus memperjuangkan tempe sebagai pangan generasi emas Indonesia, kita dapat membangun perekonomian Indonesia yang lebih kuat dan berkelanjutan.
